Senin, Maret 16, 2009

Romantika Alam Baka (II)

jadi berhenti menyebutku pecundang
sebelum aku marah dan mengangkat pedang
menebas rambut ularmu yang berbisa

kau yang tak biasa telanjang
seolah menantangku merobek selangkang
(rupanya sekarang kau jalang)

baik,
biar kusayat tiap inci tubuhmu
menoreh puisi cinta dengan pola diksi yang kaupinta
hingga tiap tetes darahmu terpedaya makna

(lalu biarkan darahmu membanjiri neraka seraya melafalkan kalimat cinta
hingga malaikat penjaga surga ikut tergoda menginap di tempat kita)

0 komentar: